Friday, September 30, 2011

HUBUNGAN SEHAT-SAKIT DENGAN ASPEK PSIKOLOGIS


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    LATAR BELAKANG
            Pada masa lalu, sebagian individu dan masyarakat memandang kesehatan yang baik atau kesejahteraan sebagai suatu kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi tidak adanya penyakit. Sikap yang sederhana ini dapat diaplikasikan dengan mudah dimana seseorang dianggap sakit atau sehat, tanpa ada rentang diantaranya. Menurut cara pandang dimensi psikososial dan fungsional (Duffy dan McDonald, 1990) semakin menjadi komponen integral dari suatu kondisi kesehatan yang baik. Perawat dan profesi kesehatan lain mendorong munculnya definisi yang lebih jelas tentang peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

            Selain itu kondisi sehat sakit juga dipengaruhi oleh beberapa keyakinan terhadap kesehatan antara lain, persepsi tentang sehat sakit (aspek psikomotor), tingkat pengetahuan (aspek kognitif) dan juga aspek emosional (aspek afektif). Dalam makalah ini penulis mencoba menjelaskan tentang adakah hubungan antara aspek-aspek tersebut dengan sehat-sakit.

1.2    TUJUAN
            Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan dan mengetahui adamnya hubungan antara perilaku sehat-sakit dengan aspek psikologi yang ada dalam diri setiap manusia.

1.3  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian sehat sakit
2.      Apa pengertian kognitif.afektif dan psikomotor
3.      Bagaimana hubungan aspek kognitif, afektif, psikomotor dengan sehat-sakit




                                     

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  KONSEP SEHAT-SAKIT
            Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan mengartikan sehat/sakit secara berbeda tergantung paradigmanya.

2.2  PENGERTIAN SEHAT
1.    Menurut WHO
Keadaan keseimbangan fisik yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan
2.    Parson
Kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara efektif
3.    Pepkin's
Suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh yang dapat mengadakan penyesuaian sehingga tubuh dapat mengatasi gangguan dari luar
4.    UU Kesehatan RI No. 23/Th 1992
Keadaan sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi
5.    Zaidin Ali
Kondisi keseimbangan antara status kesehatan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang memungkinkan orang tersebut hidup secara mandiri dan produktif

2.3  PENGERTIAN SAKIT
1.      Pepkin's
Suatu kedaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, maupun rohani maupun sosial
2.      Kleinman
Gangguan fungsi atau adaptasi dari proses biologi dan psikofisiologis pada seseorang
3.      Parson
Ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian
4.      Bauman
Ada 3 kriteria keadaan sakit menurut Bauman yaitu: adanya gejala, persepsi tentang keadaa sakit yang dirasakan dan kemampuan beraktivitas sehari-sehari yang menurun. Batasan medis, mengemukakan dua bukti adanya sakit, yaitu tanda dan gejala.
5.      Zaidin Ali
Keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktivitas dan kemandirian indivisu baik secara keseluruhan maupun sebagian.

2.4  PENGERTIAN KEMAMPUAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
            Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.    Cognitive Domain (ranah kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
2.    Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.    Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
              Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
              Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
A.     DOMAIN KOGNITIF
             Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa adalah Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6)
a)                    Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dsb.
b)                    Pemahaman (Comprehension)
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dsb. Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yg diuraikan dalam fish bone diagram, pareto chart, dsb.
c)                    Aplikasi (Application)
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu        merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram atau pareto chart.
d)     Analisis (Analysis)
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab,dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.
e)    Sintesis (Synthesis)
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat    reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
f)          Evaluasi (Evaluation)
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai        efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb

B.     DOMAIN AFEKTIF
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan  David Krathwol.
a)    Penerimaan (Receiving/Attending)
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b)    Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan,            kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan.
c)    Penghargaan (Valuing)
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah      laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d)    Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e)   Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
C.     Domain Psikomotor
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
a)      Persepsi  (Perception)
     Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan.
b)     Kesiapan (Set)
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c)      Guided Response (Respon Terpimpin)
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d)     Mekanisme (Mechanism)
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.
e)     Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response)
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks.
f)       Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
g)     Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu.

2.5  HUBUNGAN-HUBUNGAN ANTARA ASPEK KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTOR DENGAN SEHAT-SAKIT MENURUT BLOOM BESERTA CONTOHNYA.
Berdasarkan teori A Bloom dapat diketahui bahwa aspek kognitif, afektif, psikomotor merupakan variabel yang dapat mempengaruhi keyakinan dan praktik kesehatan klien. Pemahaman cara bagaimana varibel ini mempengaruhi klien memungkinkan perawat merencanakan dan memberikan perawatan individual. Hubungan tentang aspek psikologis seperti kognitif, afektif, dan psikomotor cenderung lebih berasal dari internal individu.
1.      Aspek Kognitif
             Keyakinan seseorang terhadap kesehatan sebagian terbentuk oleh variabel intelektual, yang terdiri dari pengetahuan (atau informasi yang salah) tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit, latar belakang pendidikan dan pengalaman di masa lalu. Variabel-variabel ini mempengaruhi pola pikir seseorang kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang dimilikinya untuk menjaga kesehatan sendiri.
             Kemampuan kognitif juga berhubungan dengan tahap perkembangan sseseorang. Seseorang perawat perlu mempertimbangkan latar belakang intelektual saat saat ia berusaha untuk memahami keyakinan klien tentang kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan sehingga variabel-variabel ini dapat dimasukkan kedalam asuhan keperawatan (Edelman dan Mandle, 1994)
2.      Aspek Afektif (Emosional)
             Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksankannya. Seseorang yang mengalami respons stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
             Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.
             Contoh, seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang memiliki reaksi emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima secara emosional, sehingga mereka akan mengatakan gejala penyakit yang dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.

3.      Aspek Psikomotor
             Pembahasan tentang aspek ini lebih dititikberatkan pada persepsi tentang fungsi. Cara seseorang merasakan fungsi fisik akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan dan cara-cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka terhadap kesehatan dengan cara mereka melaksanakannya.
             Ketika perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, mereka mengumpulkan data subjektif tentang cara klien merasakan fungsi fisik, seperti tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri. Mereka juga mengumpulkan data objektif tentang fungsi aktual, seperti tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru. Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.


BAB III
KESIMPULAN
3.1    KESIMPULAN
            Konsep sehat-sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan mengartikan sehat/sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. kemampuan kognitif akan membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang dimilikinya untuk menjaga kesehatan sendiri.
            Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksankannya. Selain itu aspek emosional dianggap sebagai faktor utama sebagai penentu keberhasilan pengobatan terhadap seseorang. Aspek psikomotor dalam pengobatan pasien lebih dititikberatkan pada persepsi fungsi tubuh yang dianggap mudah diamati dan digunakan oleh perawat untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan dalam usaha pengobatan/terapi untuk kesembuhan terhadap klien.

3.2 SARAN
            Dalam pemberian asuhan keperawatan diperlukan tentang adanya keterampilan pemahaman baik secara kognitif, afektif maupun secara psikomotor oleh perawat agar mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas sebagaimana yang diharapkan bersama.


\DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom diakses pada Minggu tanggal 18 januari jam 17.04
Potter, A. Patricia dan Anne Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Soemanto, Wasty. 2006. Psiokologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Foster, George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Susanto, S Astrid. 1988. Komunikasi Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Bina Cipta

No comments:

Post a Comment