Friday, September 30, 2011

ETIKA DALAM KEPERAWATAN


BAB I
PANDAHULUAN

I.1  LATAR BELAKANG
            Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang mengatur bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang melibatkan aturan atau prinsip menentukan yang benar, yaitu baik dan buruk atau kewajiban dan tanggung jawab. Moral, istilah ini berasal dari bahasa Latin yang berarti adat dan kebiasaan. Pengertian moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar perilaku” dan ”nilai” yang harus diperhatikan bila seorang manjadi  anggota masyarakat tempat ia tinggal. Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata maupun bentuk perbuatan yang nyata. Ketiga masalah diatas, etika, moral, dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika lebih dititikberatkan pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati aturan, hukum dan undang-undang yang membedakan benar atau salah secara moralitas.


I.2  RUMUSAN MASALAH
             Seorang KARU di sebuah RS yang berijazahkan SPK bekerja sudah 15 tahun lebih. Pada saat anda lulusan DIII Kep. Bekerja sebagai tenaga perawat baru. Sebagaian besar perawat yang ada berijazah SPK dengan masa kerja rat-rata 10 tahun lebih. Perawat yang lama kurang menyukai kedatangan anda karena anda sering diajak berdiskusi dengan atasan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
  1. Sikap anda terhadap teman sejawat yang ada?
  2. Sikap KARU sebagai manajer?
  3. Bagaimana hubungan kerja perawat dengan sejawat perawat?

1.3  TUJUAN
      Mahasiswa mampu mengambangkan sikap dan mampu mengetahui sebagaimana jauh dan mampu dia untuk memecahkan masalah yang mungkin atau pasti timbul dalam praktek di RS ataupun tempat kesehatan yang lainnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  SIKAP PERAWAT TERHADAP TEMAN SEJAWAT
            Menurut Ellis, Hartley (1980), masalah etika meliputi self-education (evalusi diri), evaluasi kelompok, tanggung jawab terhadap peralatan dan barang, merekomendasikan klien kepada dokter, menghadapi asuhan keperawatan yang buruk, serta masalah peran perawat dan mengobati. Dalam pembahasan disini lebih menitikberatkan pada upaya apa yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam menghadapi maslah yang mungkin muncul dalam prakteknya sehari-hari.
            Dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari perawat dituntut untuk bisa menjalankannya sebaik-baiknya, tidak lepas dari hal itu maka diperlukan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik diperlukan untuk membina hubungan antar indi vidu, merupakan proses belajar untuk membagi pengalaman dan juga ditujukan untuk memperbaiki perilaku.
Evaluasi Diri
             Evaluasi diri mempunyai hubungan erat dengan pengembangan karier, aspek hukum, dan pendidikan berkelanjutan. Evaluasi diri merupakan tanggung jawab etika bagi semua perawat. Dengan evaluasi diri, perawat dapat mengetahui kelemahan, kekurangan, dan juga kelebihannya sebagai perawat praktisi. Evaluasi diri merupakan salah satu cara melindungi klien dari pemberian perawatan yang buruk.
             Ellis dan Hartley menyatakan bahwa evaluasi diri terkadang tidak mudah dilakukan oleh beberapa perawat. Berbagai cara dipakai untuk melakukan evaluasi diri. Perawat dapat berbesar hati apabila hasil yang evaluasi diri banyak menunjukkan aspek positif atau perkembangan, namun tidak dianjurkan kecewa atau putus asa bila belum ada perkembangan. Perlu diingat bahwa evaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan. Metode pengendap nilai-nilai etik melalui:
·        Cauntering
Bertatap muka dengan diri sendiri untuk mengenali citra diri sebagai nakes / perawat dan mencari panutan nilai-nilai yan diyakini.
·        Stresching
Meluaskan kesadaran akan wawasan keberadaan dan kemampuan kita dan mempertahankan apa yang sudah baik serta berani merubah yang tidak sesuai
·        Praying
Mengakui ketebatasan kita dihadapan Tuhan, terbuka secara jujur, rendah hati

2.2  SIKAP PIMPINAN TERHADAP BAWAHANNYA
            Sebagai seorang pemimpin tentu saja dibutuhkan ketegasan, keberanian, tanggung jawab, dan kebijaksanaan. Hal ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan sebagai panutan dan juga sebagai penengah jika terjadi konflik dalam anggotanya. Untuk mengatasi kasus seperti yang tercantum di rumusan masalah maka kepala ruangan dituntut kebijaksanaanya, walaupun terdapat kesenjangan dari latar belakang pendidikan, namun pengalaman kerja selama 15 tahun yang dimilikinya lebih matang sebagai seorang manajer, apalagi kalau ditunjang dengan mengikuti pendidikan perjenjangan dan/atau mengikuti seminar, lokakarya, untuk mengimbangi perkembangankeperawatan di masa kini dan yang akan datang.

2.3  HUBUNGAN KERJA PERAWAT DENGAN SEJAWAT PERAWAT
            Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan lulusan SPK maupun DIII Keperawatan (perjenjangan) diperlukan adanya sikap saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapatr mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para perawat lainnya.
            Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat membina hubungan baik dengansesama perawat yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai rasa saling mengahrgai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap saling curiga dan benci.


Tunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara:
·        Silih Asuh
Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati, dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan sehingga terbina hubungan yang serasi.
·        Silih Asih
Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling mrnhargai satu sama lain, saling mengahrgai antar anggota profesi, saling bertenggang rasa, serta bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan yang dapat menimbulkan sikap saling curiga dan benci.
·        Silih Asah
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan, dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama perawat tanpa pamrih.

BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
             Evaluasi diri merupakan salah satu cara melindungi klien dari pemberian perawatan yang buruk. Ellis dan Hartley menyatakan bahwa evaluasi diri terkadang tidak mudah dilakukan, evaluasi diri dilakukan agar perawat menjadi istimewa atau kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan. Metode pengendap nilai-nilai etik melalui:
·        Cauntering
·        Stresching
·        Praying
             Kepala ruangan dituntut kebijaksanaanya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dan dituntut untuk bisa menciptakan situasi kerja yang kondusif di lingkungan yang dipimpinnya. Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada diperlukan adanya sikap saling menghargai dan saling toleransi sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

3.2  SARAN
             Sebagai perawat yang baru di RS kita harus bisa membuka diri mau menerima saran dan kritik yang mambangun selain itu kita juga harus bisa menghormati perawat senior meskipun mungkin terjadi perbedaan latar pendidikan. Untuk menghindari rasa tersaingi dan merasakan adanya ancaman jabatan maka perawat dengan latar belakang pendidikan lebih rendah sebaiknya mengimbangi dengan mengikuti pendidikan perjenjangan atau mengikuti seminar, lokakarya sebagai upaya untuk mengimbangi perkembangan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Suhaemi, Mimin Emi. 2004. Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Handout Dosen Mata Ajar Komunikasi
Handout Dosen Mata Ajar Etika umum dan Terapan

No comments:

Post a Comment