Friday, September 30, 2011

ELIMINASI ALVI


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem GI tract dan sistem tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola dan kebiasaan eliminasi bervariasi diantara individu. Namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya insinden kanker kolorekyal

Saluran GI tract mengabsorbsi cairan dalam jumlah besar sehingga fungsi utamanyaadalah membuat keseimbangan cairan. Selain menelan cairan dan makanan juga menerima sekresi dari organ lain seperti empedu dan pankreas. Setiap kondisi yang menggangu absorbsi atau sekresi normal cairan GI tract, dapat menyebabkan ketidak seimbangan cairan.

1.2 Tujuan
1.      Agar mahasiswa memahami pengertian tentang eliminasi alvi
2.      Mahasiswa dapat merencanakan rencana keperawatan tentang eliminasi alvi








BAB II
PEMBAHASAN

1.1     Rencana Tindakan Keperawatan Eliminasi Alvi
         Rencana keperawatan dirancang untuk memelihara, membantu atau memperbaiki pola defekasi klien yang diharapkan. Rencana tersebut harus didasarkan pada pengkajian data dan diagnosa keperawatan yang tepat. Perawat harus memperhatikan factor yang mempengaruhi eliminasi yang normal.
Tujuan perawatan yang menyeluruh adalah memperbaiki pola defekasi normal yaitu:
·        Mencegah konstipasi atau kemungkinan terulangnya konstipasi
·        Mencegah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada kasus diare
·        Mencegah terjadinya luka di sekitar anus pada klien diare
·        Mengurangi atau mencegah penumpukan udara/gas dalam lambung dan usus
         Pola eliminasi tiap orang berbedadan sangat bervariasi sehingga ada cara yang lengkap dalam membantu eliminasi normal. Setiap orang akan merangsang refleks gastrocolic dan duocolic dengan caranya masing-masing.
Beberapa cara umum untuk membantu defekasi yang teratur:
a.       Diet yang seimbang dengan cukup sisa yaitu makan makanan yang mengandung banyak serat
b.      Pemasukan cairan yang memadai
c.       Makan yang teratur
d.      Waktu untuk defekasi teratur dan memadai
e.       Aktifitas yang teratur
f.        Privacy selama defekasi
g.       Kalau perlu bantu dengan suppositoria, enema atau pencahar
      
1.2     Konstipasi
         Untuk menolong pasien dengan konstipasi, perawat mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan atau menambah terjadinya konstipasi. Bila tidak ada sebab yang patologis seperti obstruksi usus, perawat bersama klien merencanakan tindakan antara lain:
a)      Meningkatkan pemasukan cairan atau memberikan air hangat
b)      Memberi makan tinggi serat
c)      Meningkatkan aktivitas bila mungkin
d)      Menyediakan waktu yang teratur untuki mengeluarkan feses misalnya sehabis makan pada pagi atau waktu tertentu
e)      Mencegah atau mengurangi faktor-faktor yang membuat klien menahan keinginan untuk defekasi
f)        Memberi privacy dan rasa aman
g)      Memberi posisi jongkok bila memungkinkan sehingga otot abdominal digunakan dengan baik
         Cara lain dengan memberikan obat pencahar dan kadang-kadang diberikan huknah/enema jika perlu. Macam dan jenis obat yang diberikan kepada pasien dengan gangguan konstipasi:
A.           Obat Pencahar
         Digunakan untuk membantu defekasi dengan berbagai jenis kerja serta kekuatannya. Cara kerja obat pencahar ini beberapa jenis seperti:
·        Memperbesar bentuk dengan meningkatkan cairan dan gas dan sisa isi dalam colon. Pemberian pencahar ini disertai intake cairan yang cukup
·        Melunakkan feses dan melicinkan feses yang keras dan meningkatkan oleh air  air di dalam usus. Pemakaian yang terlalu lama kurang baik sebab menghambat penyerapan, pencahar ini bisa digunakan untuk membantu defekasi pada tindakan bedah perianal, hemoroid, klien dengan gangguan jantung.
·        Saline à berisi garam yang tidak diabsorbsi usus, sehingga meningkatkan tekanan osmotik dan merangsang peristaltik. Digunakan untuk mengosongkan colon yangakut untuk pemeriksaan endoscopis, kasus keracunan, konstipasi akut, tidak digunakan untuk penderita dengan gagal ginjal dan gangguan kelebihan cairan.
·        Pencahar merangsang. Mengiritasi usus untuk meningkatkanmotilitas, menurunkan absorbsi diusus halus dan colon. Kontra indikasinya tidak digunakan pada wanita hamil dan menyusui, penggunaan yang berlebihan mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit.
·        Pelumas, akan menggumpalkan feses sehingga mudah keluar, dan mereduksi air yang diabsorbsi di dalam colon. Efek pencahar ini menurunkan absorbsi lemak dan vitamin A,D,E,K.
         Pemberian obat pencahar berdasarkan berbagai alasan yang biasanya ditentukan oleh dokter. Fungsi perawat dalam hal konstipasi adalah menjelaskan kepada klien jangan menggunakan pencahar yang salah tetapi menggunakan secara efektif. Harus dikaji kembali radang usus buntu, radang usus, obstruksi usus, ketidakseimbangan cairan.

B.           Suppositoria
         Suppositoria diberikan dengan cara dimasukkan ke dalam spinkter ani dengan menggunakan jari telunjuk yang memakai sarung tangan. Kerjanya dengan berbagai cara yaitu melunakkan feses dengan mengeluarkan gas seperti CO2 yang meregangkan rektum atau merangsang ujung saraf direktal.
         Memasukkan obat suppositoria secara hati-hati ke dalam rectum sepanjang 7,5-10 cm atau sepanjang jari telunjuk perawat dan klien dianjurkan tarik nafas dalam untuk membantu merelaksasikan spinkter ani, obat ini umumnya efektif setelah 30 menit.

C.           Pengeluaran Feses Secara Manual
         Tindakan ini terkadang diperlukan untuk kasus impaksi fecal, apabila tindakan enema tidak berhasil. Pengeluaran feses secara manual dilakukan sebagai usaha terakhir dan menurut instruksi dokter yang tepat, karena efek samping adalah terjadinya refleks vagal (nerves vagus mensarafi viseral thorax, menghantar impuls dari dinding usus halus dan kolon, jantung dan paru-paru).
         Komplikasi ini dihindari pada klien dengan gangguan jantung, dan gangguan yang memungkunkan peningkatan tekanan intrakranial, pada wanita hamil, post OP genitorinary. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai melukai dan merusak mukosa rektum dan menyebabkan pendarahan. Sebaiknya diberikan setelah makan pagi atau malam hari.
1.3     Diare
                 Tindakan keperawatan untuk klien dengan diare bermacam-macam, tergantung dari faktor-faktor yang menyebabkan. Bila banyak cairan dan elektrolit yang hilang, tindakan utama untuk mengendalikan cairan dan elektrolit yang hilang tadi. Dan kalau perlu melalui terapi intra vena. Jika memungkinkan tetap diberikan makanan melalui oral, untuk menghindari refleks gastrocolic dan duodenocolic, tentu saja makanan yang mudah dicerna dan tidak terlalu panas atau terlalu dingin sebab akan merangsang peristaltik usus.
                 Klien diare sukar mengendalikan BABnya, maka sediakan selalu pot didekat klien. Feses berair baunya tidak enak, maka sediakan kamar dengan fentilasi yang cukup baik, kalau perlu ruang isolasi. Untuk mencegah terjadinya lecet disekitar anus dan pantat, gunakan tisu yang lunak dan menjaga kebersihan setelah BAB dan kebersihan tempat tidur. Perawat berusaha membantu klien dari perasaan tertekan dan tidak enak. Anjurkan klien untuk istirahat dan mengurangi aktifitas agar dapat menurunkan pergerakan usus.
                 Bila penyebab diare karena stres, perawat membantu klien mengurangi stresnya dan kalau perlu konsul ke psikiater. Perawat menbantu klien dan mengobservasi obat yang diberikan untuk diarenya.

1.4     Incontinensia Feses
         Klien dengan incontinensia feses dapat dibantu untuk mengendalikan BAB dengan suatu program latihan BAB yang teratur. Rencana ini dapat diberikan, tergantung dari penyebab dan disesuaika dengan kemampuan klien. Pada umumnya program latihan ini meliputi:
a.       Bersama klien menentukan waktu yang tepat untuk pengosongan usus, misalnya setelah makan pagi sebab refleks gastrokolik dirangsang.
b.      Membantu klien untuk mengatur posisi yang dapat mempermudah keluarnya feses. Misalnya, dengan menekuk pinggul atau posisi jongkok atau menekan abdomen dengan tangan untuk membantu tekanan pada abdomen
c.       Memberikan minuman hangat pada pagi hari untuk merangsang peristaltik
d.      Memberikan pelunak feses per oral atau suppositoria 30 menit sebelum waktu defekasi.
e.       Memberi privasi dan menyediaka waktu tertentu untuk bab dengan rileks.
f.        Memberikan diet yang tinggi serat dan intake cairan yang memadai, serta aktivitas yang cukup
1.5     Perut Kembung
         Membantu klien mengeluarkan udara dari dalam lambung dan usus tergantung dari penyebabnya. Klien dengan kecemasan sehingga hiperventilasi, ajarkan pola bernapas yang benar. Bila penyebabnya akibat pembedahan perut, udara dikeluarkan dengan cara memasang NGT (Nasogastrik Tube). Ajarkan aktivitas ringan di tempat tidur bila mungkin. Bila perlu di bantu dengan memasang cerobong angin.

DAFTAR PUSTAKA


Http://www.wordpres.Asuhan keperawatan dengan masalah eliminasi alvi html.
Perry Potter, 1995,
Rosdahl, 1999, Basic of nursing

No comments:

Post a Comment