Tuesday, September 6, 2011

Ca Kandung Kemih


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah kandung kemih. Kanker kandung kemih terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa. Pada tiga dasawarsa terakhir, kasus kandung kemih pada pria meningkat lebih dari 20 % sedangkan kasus pada wanita berkurang 25%. Faktor predisposisi yang diketahui dari kanker kandung kemih adalah karena bahan kimia betanaphytilamine dan xenylamine, infeksi schistosoma haematobium dan merokok.
Tumor ganas kandung kemih sekitar 90% adalah karsinoma sel transisional dan 10% adalah ca skuamosa dan jarang sekali adenokarsinoma yang berasal dari jaringan urakus. Didaerah sistoma dapat menyebabkan kanker skuamosa. Kanker kandung kemih dapat kapiler, noduler, ulseratif atau infiltratif. Derajat keganasan ditentukan oleh tingkat deferensiasi dan penetrasi ke dalam dinding atau jaringan sekitar kandung kemih. Epitel transisional terdiri dari 4-7 lapisan sel epitel ketebalan lapisan tergantung dari tingkat distensi kandung kemih. Adapun yang berperan dalam masalah ini adalah sel basal, sel intermediate, sel superficial, inilah yang akan menutupi sel intermediate, bergantung pada apakah kandung kemih dalam keadaan distensi atau tidak. Dalam makalah ini penulis mengangkat tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Kandung Kemih.
1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa mengerti dan mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan Ca Kandung Kemih.


BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Dinding kandung kemih dilapisi oleh sel transisional dan sel skuamosa. Lebih dari 90% kanker kandung kemih berasal dari sel transisional dan disebut karsinoma sel transisional. Sisanya adalah karsinoma sel skuamosa.
2.2 Penyebab
Penyebab pasti dari kanker ini tidak diketahui. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
a) Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan usia.
b) Merokok, merupakan faktor resiko yang paling utama.
c) Lingkungan pekerjaan. Beberapa pekerjaan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya pekerja industri karet, kimia, kulit.
d) Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis).
e) Pemakaian siklofosfamid atau arsenic untuk mengobati penyakit kanker dan penyakit lainnya.
f) Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar
g) Riwayat keluarga, orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.
2.3 Gejala
Gejalanya biasanya berupa:
- Hematuria(adanya darah dalam airkemih)
- Rasa terbakar atau rasa nyeri ketika berkemih
- Desakan untuk berkemih
- Sering berkemih
Gejala dari kenker kandung kemih menyerupai gejala gejala infeksi kandung kemih (sistisis) dan kedua penyakit ini bisa terjadi secara bersamaan. Patut dicurigai suatu kanker jika dengan pengobatan standar untuk infeksi gejalanya tidak menghilang.
2.4 Manifestasi Klinis
Tumor ini biasanya muncul dari basic vesica urinaria dan meliputi urivisium eretra serta kolumna vesica urinaria. Hematuria berat dan tanpa nyeri adalah gejala kandug kemih yang paling sering ditemukan. ISK merupakan komplikasi yang lazim terjadi dan menyebabkan gejala berkemih yang sering, urgensi dan disuria. Namun demikian, setiap perubahan pada urinasi didaerah panggul atau punggung dapat terjadi pada metastasis kanker tersebut.


2.5 Patofisiologi
Merokok, Bahan Kimia betanaphytilamine dan xenylamine
Infeksi parasit

Kandung kemih
Ca kandung Kemih

Ulserasi

Infeksi sekunder:
- panas waktu BAK Hipertermi
- Kencing campur darah
- Merasa panas dan tubuh lemah G3 Rasa Nyaman Nyeri
Metastase

Invasi pd Bladder
Retensio urine:
- Sulit/sukar kencing oklusi ureter
Refluks

Ginjal membesar

Operasi
- Kecemasan
- Kurang pengetahuan radiologi
- Deficit ekonomi
- Tidak adekuatnya kemoterapi
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a) Sistografi atau urografi intravena bisa menunjukkan adanya ketidakteraturan pada garis luar dinding kandung kemih.
b) USG, CT Scan atau MRI bisa menunjukkan kelainan dalam kandung kemih
c) Sistoskopi dilakukan untuk melihat kandung kemih secara langsung dan mengambil contoh jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Kadang sistoskopi digunakan untuk mengangkat kanker.
d) Pemeriksaan darah lengkap
2.7 Penatalaksanaan
Factor-faktor yang mempengaruhi rencana pengobatan mliputi jenis tumor, kedalam invasi tumor dalam kandung kemih, penyebaran penyakit, dan keadan umum klien. Factor-faktor tersebut penting dalam rencana perawatan klien. Reseksi transurethral (TUR) dan vulgrasi digunakan pada karsinoma insitu atau untuk lesi permukaan yang kecil. Karena kecepatan kambuhnya tinggi, kemoterapi intravesikal atau immunoterapi mungkin dianjurkan. Tiopeta, mitomicin, dan doksorubinsin adalah agen yang telah digunakan untuk pengobatan intravesikal. Terapi laser juga sebuah terapi yang mungkin untuk klien dengan lesi kecil. Reseksi kandung kemih segmental digunakan untuk tumor besar dan tunggal pada puncak kandung kemih atau dinding laterala atau untuk adenokarsinoma.
Ketika tumor itu incasif atau tidak dapat ditangani atau dikontrol dengan pendekatan yang konservatif, sistektomi adalah pengobatan pilihan. Sistektomi sederhana pada seorang pria meliputi pengangkatan kandung kemih, prostate dan vesicaurinaria; sedangkan pada seorang wanita meliputi pengangkatan kandung kemih dan uretra. Iversi urinarius setelah sistektomi dapat dicapai dengan menggunakan sebuah segmen ileum untuk membentuk sebuah salauran antara ureter dan abdomen eksternal. Pilihan lain bagi klien mungkin pembentukan reservoir ileum kontinen yang tidak membutuhkan apparatus penampungan eksternal.
Terapi radiasi untuk kanker kandung kemih sebagai modalitas penatalaksanaan tunggal, untuk penyakit invasive yang mempeunyai kemungkinan sembuh rta-rata 16-30%, ini lebih rendah daripada penatalaksanaan sistektomi, tetapi radiasi dapat digunakan pada klien yang tidak ditangani dengan pembedahan. Tidak ada regimen kemoterapi pasti yang telah dianjurkan untuk pengobatan kanker kemih tahap lanjut.
2.8 Komplikasi
Komplikasi pembedhan meliputi peredaran dan infeksi, efek samping dari radiasi dapat menimbulkan striktur pada ureter, uretra, atau kolon. Komplikasi lain dikaitkan dengan daerah metastase penyakit.
2.9 Pencegahan
Meskipun tidak ada cara dijamin untuk mencagah kanker kandung kemih, anda dapat mengambil langkah-langkah mengurangi resiko anda, misalnya:
1. Jangan merokok. Tidak merokok berarti bahwa bahan kimia penyebab kanker dalam asap tidak berkumpul dalam kandung kemih. Jika anda tidak merokok, jangan mulai. Jika anda merokok, berbicaralah dengan dokter anda mengenai rencana untuk membantu anda berhenti. Kelompok pendukung, obat-obatan dan metode lainnya yang dapat membantu anda berhenti.
2. Mengambil hati-hati dengan bahan kimia. Jika anda bekerja dengan bahan kimia, ikuti semua petunjuk keselamatan untuk menghindari eksposur.
3. Apakah air anda sudah teruji baikuntuk arsenic. Jika anda memiliki sumber air sendiri pertimbangkan untuk dilakukan uji kandunagn arsenic dalam air tersebut.
4. Minum banyak cairan. Minum cairan terutama air, mencairkan zat-zat beracun yang mungkin terkonsentrasi dalam urine dan membuang mereka keluar dari kandung kemih lebih cepat.
5. Makan buah-buahan dan sayuran. Pilihlah makanan yang kaya dalam berbagai warna-warni buah-buahan dan sayuran. Antioksidan dalam buah dan sayur dapat membantu mengurangi resiko kanker.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran suprapubic bil atumor sudah bear.
Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual teraba tumpr pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT atau RT
Manifestasi klinis
- Hematuria
- Frekuensi berkemih
- Disuria
Pemeriksaan diagnostic
- Sitologi urine — sel kanker
- Cuci kandung kemih — sel kanker
- Aliran sitometri urine — ploidi DNA
- Pielogram intravena (IVP) — evaluasi traktus urinarius atas & pengisian kandung kemih
- Sitoskopi — melihat bagian dalam organ
- Biopsy
- Ultrasound transurethral — luasnya penyakit
- CT-Scan — identifikasi nodus limfe regional dan metastase pulmonal
- MRI — luas tumor dan terkenanya nodus limfe
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas kulit b/d pembuatan saluran luar abdominal untuk urine.
2. Resiko infeksi b/d pembedahan unuk eliminasi urine
3. Kurang pengetahuan b/d kemoterapi dan imunoterapi
4. Gangguan citra tubuh b/d diversi urinarius
3.3 Intervensi
1. Perubahan eliminasi urine dan kerusakan integritas kulit b/d pembuatan saluran luar abdominal untuk urine.
Kriteria Evaluasi : berpartisipasi dalam aktivitas yang b/d perawatan ileostomi
Intervensi perawatan Ostomi :
a) Pasang alat ostomi yan tepat ukuran
R/ mencegah iritasi pada kulit daerah sekitar ostomi
b) Bantu pasien melakukan perawatan ostomi secara mandiri
R/ mengembangkan teknik yang benar
c) Pantau proses penyembuhan luka insisi pada ostomi
R/ mengembangkan intervensi dini terhadap kemungkinan komplikasi
d) Anjurkan klien mengunjungi seseorang yang telah mengalami ostomi
R/ menurunkan nasietas dan ketakutan thd kemampuan beradaptasi
e) Ganti kantung ostomi sesuai kebutuhan
R/ memberi kesempatan dan penguatan terhadap prosedur mengganti
kantong & mengevaluasi stoma
2. Resiko infeksi b/d pembedahan unuk eliminasi urine
Kriteria Evaluasi : tidak ada infeksi pada saluran kemih
Intervensi :
a) Gunakan sabun antimicrobial untuk cuci tangan
R/ mencegah transmisi organism
b) Pertahankan intake cairan adekuat
R/ meningkatkan aliran urine
c) Ajarkan klien cuci tangan
R/ memberikan informai ttg personal hygiene
d) Ajarkan klien ttg gejala dan tanda infeksi serta anjurkan untuk melaporkannya
R/ memberikan info untuk meningkatkan kepatuhan
e) Ajarkan klien dan keluarga untuk sering mengalirkan kantong untuk mencegah refluks
R/ dapat mencegah infeksi
3. Kurang pengetahuan b/d kemoterapi dan imunoterapi
Kriteria Evaluasi : klien mengungkapkan jadwal pengobatan & tujuannya
Intervensi :
a) Ajarkan klien dan klg prosedur dan tujuan terapi
R/ meningkatkan pemahaman dan menurunkan ansietas
b) Gunakan teknik steril dalam kateterisasi
R/ mencegah infeksi
c) Instruksikan klien untuk berkemih sebelum obat dimasukkan
R/ meningkatkan retensi obat
d) Instruksikan untuk selalu mengubah posisi
R/ meningkatkan lapisan bagian dalm k.kemih dengan obat-obatan
e) Instruksikan untuk menunggu berkemih selama beberapa jam
R/ memberikan kontak yang besar dari obat dgn permukan k.kemih
f) Instruksikan klien untuk toileting dengan hati-hati
R/ mencegah pemajanan pada kemoterapi &imunoterapi yg dikeluarkan
Melalui urine
4. Gangguan citra tubuh b/d diversi urinarius
Kriteria Evaluasi : citra diri meningkat, terpelihara dan terjaga
Intervensi :
a) Anjurkan klien utnuk mengungkapkan perasaan mengenai ostomi dan Ca kandung kemih dan dampak yg diharapkan pada gaya hidup
R/ meningkatkan integrasi dari perubahan ke dalam gaya tubuh
b) Evaluasi perasaan klien mengenai diversi urinarius & efeknya, identitas seksual, hubungan dan citra diri
R/ sebagai data untuk merumuskan rencana askep
c) Bantu untuk memisahkan penampilan fisik dan perasaan kesehatan
R/ meningkatkan citra diri
d) Berikan kesempatan untuk berduka atas kehilangan fx k.kemih
R/ memberi waktu untuk mengatasi kehilangan
e) Izinkan klien untuk ventilasi emosi seperti marah dan rasa bersalah
R/ meningkatkan koping
f) Pantau apakah klien dapat melihat ostominya
R/ ketidakmampuan memandang ostominya mengindikasikan kesulitan koping.

No comments:

Post a Comment